TEROWONGAN CU CHI

Gerilyawan Vietkong dengan dukungan rakyat membangun kota
bawah tanah. Terowongan sepanjang 200 kilometer itu, pernah jadi
basis perlawanan mengusir Amerika Serikat. Kini: obyek wisata
yang menarik.

     Pemandu wisata, seorang pria Vietnam setengah baya, dengan
logat Inggrisnya yang sulit dimengerti, menantang peserta tur.
Siapa bisa temukan pintu terowongan dalam 10 menit akan diberi
hadiah. Maka sibuklah sekitar 50 orang dari berbagai bangsa itu,
mengorek-ngorek tanah, mencari lubang, yang katanya menjadi pintu
masuk ke terowongan Cu Chi yang amat terkenal itu. Sepuluh menit
berlalu. Tak seorang pun menemukan lubang yang dicari-cari. Semua
menyerah, dan akhirnya si pemandu sendiri, yang terpaksa mencari-
nya.

     Lubang itu tertutup rumput kering. Tak ada tanda-tanda yang
membedakan dengan tanah sekitarnya. Selain ditumbuhi rerumputan,
penutup lubang itu juga sangat kecil. Tak lebih dari seukuran
genteng pergola. Sulit membayangkan lubang sekecil itu bisa
dimasuki orang, apalagi gerilyawan yang membawa perbekalan. Tapi
dengan tangkas, si pemandu memasukkan kakinya. Kedua tangannya
diangkat lurus di atas kepala menahan penutup lubang. Ia menekuk
kaki, dan menghilang dalam terowongan. Permukaan tanah, kembali
tertutup rerumputan. Si gerilyawan lenyap di telan bumi.

     Rombongan tur itu ternganga. Ajaib. Lubang kecil, yang
bertebaran di perbukitan Cu Chi itu, ternyata pintu-pintu masuk
ke dunia bawah tanah. Dunia yang pernah memusingkan tentara
Amerika, ketika mereka menduduki Vietnam Selatan, dan terpaksa
angkat kaki secara memalukan di tahun 1975. Bagaimana tidak?
Ketika tentara Amerika sedang asyik di bunkernya di Ho Chi Minh
City, sekitar 100 km dari Cu Chi, mendadak diserbu gerilyawan
bersenjata yang masuk tenda-tenda tempat tidur mereka. Dan,
ketika dicari, pasukan kampung itu telah hilang, tak berbekas.
Dunia ikut tercengang, ketika suatu malam, stasiun radio Vietnam,
yang hanya beberapa ratus meter dari Kedubes Amerika, diambil
alih oleh gerilyawan. Serbuan serbuan kilat dan terus menghilang
itu, bisa terjadi berkat sistem terowongan yang dibangun secara
mengagumkan di bumi Vietnam.

     Cu Chi mungkin terowongan paling dikenal di Vietnam. Namanya
diambil dari nama kecamatan, di mana titik awal terowongan itu
digali. Tempatnya agak tinggi, sehingga air sulit masuk. Cu Chi
sebetulnya terdiri dari banyak bagian, yang saling terjalin,
sehingga membentuk kota bawah tanah yang mengagumkan. Di beberapa
tempat, terowongan itu dibangun sangat lebar, sampai ada yang
susun tiga, tapi di tempat lain ada juga yang sangat kecil, dan
hanya bisa dimasuki orang sambil berjongkok.

     Karena dipersiapkan untuk menghadapi perang jangka panjang,
Cu Chi dilengkapi dengan ruang logistik, ruang operasi medis
untuk mereka yang luka-luka juga merawat ibu-ibu yang melahirkan.
Tak sedikit bayi Vietnam yang lahir di dunia bawah tanah itu.
Terowongan juga dilengkapi dengan ruang rapat partai, sekolah
anak-anak, ruang seni dimana tari-tarian biasa dipertunjukkan,
ruang bioskop, dapur umum, dan tentu saja barak-barak untuk
gerilyawan. Barangkali, hanya supermarket yang tak ada di tero-
wongan itu.

     Riwayat Cu Chi sesungguhnya telah dimulai tahun 1948, ketika
rakyat Vietnam berperang melawan kolonialisme Perancis. Saat itu,
banyak pejuang kemerdekaan Vietnam terpaksa bersembunyi di luar
rumah. Bentuk persembunyian yang paling digemari adalah ruang
bawah tanah dengan satu lubang untuk masuk dan keluar.

     Persembunyian seperti itu, selain untuk menyimpan dokumen
dan senjata; biasanya dipakai sarang gerilyawan selama siang
hari, dan malamnya mereka operasi menyerang musuh. Tapi, karena
sederhana hanya satu pintu persembunyian model itu sangat mudah
dilacak. Sehingga seringkali, gerilyawan Vietnam tertangkap dalam
lubang persembunyiannya

     Dari situlah muncul kebutuhan untuk membangun terowongan
yang lebih panjang, dengan banyak pintu rahasia; sehingga memung-
kinkan gerilyawan keluar-masuk di tempat berbeda. Yang mengagum-
kan, terowongan itu dibikin dengan alat-alat sederhana: cethok
dan ekrak. Tangan-tangan kecil, gotong royong petani dan gerilya-
wan, mengorek tanah itu sekepal demi sekepal, dan membuangnya
tanpa menarik perhatian musuh. Selama periode 1961-1965, lima
desa di Kecamatan Cu Chi menyelesaikan tulang punggung dari
terowongan itu. Selanjutnya, satuan-satuan tentara dan pemerintah
memperluasnya, hingga tercipta rangkaian terowongan yang begitu
kompleks.

     Tahun 1967, ketika Amerika melancarkan operasi Sedarfall,
jaringan terowongan telah membentuk kota bawah tanah sepanjang
200 km. Terowongan itu tak terlampau dalam di bawah tanah, tetapi
cukup untuk menahan tembakan kanon, menahan beban tank dan truk-
truk militer yang hilir mudik di atasnya. Uniknya, terowongan
itu, tak hanya dibangun untuk pertahanan, tetapi juga untuk
menyerang. Seperti laba-laba yang bertahan di mulut lubang per-
sembunyiannya, mereka akan masuk bila ada serangan, tapi sekejap
kemudian keluar lagi untuk menyerang, kata seorang penduduk Cu
Chi.

     Tentara Amerika bukan tak menyadari keberadaan terowongan Cu
Chi. Sejak awal, mereka melakukan berbagai usaha untuk menghan-
curkan terowongan itu. Tahun 1966, misalnya, Amerika menurunkan
3.000 tentara di Cu Chi. Mereka didukung dengan tank dan altil-
eri. Pasukan itu menyemprotkan air ke dalam lubang-lubang yang
diduga menjadi pintu masuk terowongan. Di tempat-tempat yang jauh
dari Sungai Saigon, Amerika mengerahkan helikopter untuk mengang-
kut air. Tujuannya: membanjiri terowongan itu. Tapi usaha itu
sia-sia belaka. Ujung terowongan Cu Chi terletak di perbukitan
tinggi, sehingga tak cukup air untuk menenggelamkannya. Usaha
penyemprotan, akhirnya dihentikan.

     Dalam Operasi Sedarfall operasi membumihanguskan Cu Chi
Amerika mengerahkan 12.000 pasukannya. Segitiga besi basis perta-
hanan Vietnam dengan jantungnya di perbukitan Cu Chi menjadi
sasaran utama. Amerika memutuskan wilayah itu sebagai daerah
bebas untuk dihancurkan. Setiap pilot yang terbang, dan masih
memiliki bom di pesawatnya, sebelum balik ke pangkalan, boleh
menjatuhkan bom yang tersisa di daerah itu. Dalam operasi ini,
Amerika juga mengikutkan 600 tentara berbadan seukuran orang Asia
dijuluki pasukan tikus, untuk masuk terowongan, dan meledakkan-
nya.

     Pasukan tikus, biasanya bekerja dalam tim-tim kecil berang-
gota empat orang. Dua orang masuk terowongan dengan badan teri-
kat, dua lainnya memegangi tali dari luar. Mereka memakai masker
anti gas, senapan untuk di dalam air, alat menggali, lampu senter
dan peralatan lengkap lainnya. Tapi, perlengkapan modern itu,
ternyata tak mampu mengalahkan ranjau-ranjau sederhana yang
dipasang tentara Vietnam di lorong-lorong terowongan. Ratusan
serdadu Amerika mati dalam usahanya menembus pertahanan rakyat Cu
Chi itu. Operasi tikus gagal.

     Amerika mencari cara lain. Mereka kerahkan 3.000 ekor anjing
Altasian untuk mengendus lubang-lubang persembunyian Vietkong.
Gerilyawan menjawab serangan baru itu dengan menaburkan bubuk
cabe dan lada di mulut terowongan, sehingga membuat anjing-anjing
Altasian itu batuk-batuk dan malas mengendus lagi. Menurut data
Amerika sendiri, 300 ekor Altasian mati dalam operasi itu. Ketika
foto-foto anjing yang mati itu dipublikasikan, masyarakat Amerika
marah. Matinya anjing lebih menimbulkan amarah orang Barat ketim-
bang korban manusia, kata seorang peserta tur. Mungkin, ia ber-
lebihan, tapi operasi Altasian itu memang dihentikan.

     Frustrasi dengan kegagalan-kegagalan itu, Amerika mengerah-
kan ratusan buldoser untuk mengeruk perbukitan Cu Chi. Lubang
terowongan yang ditemukan, segera disemprot gas beracun. Namun
usaha ini pun sia-sia. Terlalu banyak bagian rahasia dari sistem
terowongan itu, yang terpisah dari mulut-mulut terowongan, dan
menjadi persembunyian aman. Bebas dari semprotan gas beracun.
Amerika akhirnya, mengakui keunggulan kota bawah tanah Cu Chi
itu. Mereka menyerah, seperti nantinya mereka pun mengaku kalah
dalam perang total di Vietnam.

     Perlawanan heroik dan cerdik rakyat Cu Chi, bukannya tanpa
korban. Sekitar 28.000 rumah diperbukitan itu hangus dibakar.
Lebih dari 50.000 penduduk Kecamatan Cu Chi tewas selama perang
melawan Amerika. Hingga suatu kali, daerah itu dijuluki daerah
tanpa laki-laki. Karena hampir semua laki-lakinya tewas.

     Cu Chi, sekitar dua jam perjalanan bis dari Ho Chi Minh
City, kini menjadi monumen keteguhan rakyat Vietnam ketika mengu-
sir agresi Amerika Serikat. Berbagai gelar kepahlawanan dianuger-
ahkan untuk kecamatan itu. Penghormatan yang pantas, agaknya.
Orang Vietnam membanggakan mereka, sebagai satu bukti keunggulan
semangat dan cita-cita mengalahkan uang dan teknologi. Amerika
yang berperang tanpa motivasi jelas dan menghabiskan 60 milyar
dollar, akhirnya harus mengakui ketabahan dan tekad pasukan
sandal jepit yang dibakar oleh semangat membebaskan negerinya
itu.

     Kalangan pergerakan di Indonesia, yang kini menghadapi
tantangan dengan logistik dan peralatan yang tak sebanding terha-
dap pendukung status quo, mungkin bisa bercermin dari pengalaman
Cu Chi. Mengandalkan semangat dan cita-cita yang benar, sambil
bekerja bersama rakyat, adalah kekuatan yang bisa menaklukan
modal dan senjata. Kekuatan manusia mengalahkan peralatan.

Posted by : Infolahta Ditziad

Tinggalkan komentar